Penantian Panjang Sulastri Berakhir di Ujung Bolpoin Bupati Jember

 

JATIMBERITA.COM | Jember – 19 tahun 4 bulan bukan waktu sebentar, apalagi untuk sebuah penantian yang tidak jelas ujung pangkalnya. Inilah yang dialami oleh Tin Sulastri. Wanita kelahiran Jember 19 Januari 1982 ini, mengadi sebagai guru sukarelawan  (sukwan) di SDN Badean 2 sejak 19 Juli 2002 hingga hari ini.

 

Sulastri adalah sosok pengabdi sejati. Banyangkan, sebegitu lamanya ia mengabdikan diri di dunia pendidikan dengan sungguh-sungguh. Soal honor jangan tanya berapa nominalnya. Namanya sukarelawan, apalagi tempat kerjanya SDN Badean 2 yang yang notabene lokasinya cukup menyudut, desa banget, tentu honornya tidak seberapa. Di situlah ia mengawali tugasnya  selama lebih 20 tahun tanpa pindah-pindah ke tempat lain.

 

“Saya tidak ingat berapa honor  saya dulu. Kayaknya awal-awal ngajar sekitar Rp75.000,” ujar Sulastri kepada media ini melalui sambungan telepon seluler, Ahad (10/4/2022).

 

Honor yang kecil tak masalah bagi Sulastri. Prinsipnya, yang penting dirinya bisa bemanfaat bagi murid-murid. Toh jarak rumahnya dengan SDN Badean 2, tidak begitu jauh, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Saat itu, ia dan keluarganya tinggal di Perkebunan Widodaren, Desa Badean, Kecamatan Bangsalsari. Namun karena sesuatu dan lain hal, ia dan keluarganya pindah tempat tinggal ke taman Glugo (2013), sekitar tiga kilometer  dari SDN 2 Badean.

 

“Karena tidak bisa naik motor, saya nunut ke teman tiap hari, suami gak bisa (ngantar) karena kerja,” urainya.

 

Hari-hari Sulastri dijalaninya dengan damai. Tugasnya sebagai guru, tetap menjadi fokusnya. Tapi terus-menerus pasrah menjadi sukwan tentu tidak mungkin, apalagi Sulastri punya anak. Sementara suaminya bekerja di  perkebunan yang gajinya juga tidak seberapa.

 

Maka Sulastri mengurus kenaikan statusnya dari sukwan menjadi Guru Tidak Tetap (GTT). Saat zaman Bupati Faida, ia beberapa kali mengajukan  berkas perubahan status itu, namun yang ia dapatkan hanyalah kegagalan demi kegagalan, bahkan terkesan dipingpong.

 

“Saya datang mengajukan (berkas) ke Pemkab, dari Pemkab diusir ke Dinas (Dinas Pendidikan) dan dari Dinas ke Pemkab lagi,” tuturnya.

 

Terpilihnya Hendy Siswanto dan KH Balya Firjaun Barlaman sebagai Bupati dan Wakil Bupati Jember menjadi angin segar bagi para GTT dan PTT (Pegawai Tidak Tetap). Penantian panjang Sulastri terjawab saat Bupati Hendy mengunjungi Masjid Nurul Hidayah, Desa Badean, Kecamatan Bangsalsari Jember, Ahad (10/4/2022) dalam program Wes Wayahe Jember Berbagi.

 

Di situlah Bupati Hendy berbagi, menyerahkan 211 SK GTT dan PTT. Salah satu penerimanya adalah Tin Sulastri.

 

Bupati yang juga pengusaha itu telah memungkasi masa panantian panjang Sulastri  dan kawan-kawan dengan SK tersebut. Bagi Sulastri, Bupati Hendy adalah pahlawan yang telah mengangkat derajat para GTT dan PTT. Ia masih ingat sekian tahun yang lalu betapa usahanya selalu kandas di meja kantor Pemkab dan kantor Dinas Pendidikan Jember.

 

“Sudah selayaknya kami berterima kasih kepada Pak Bupati (Hendy). Tanpa kearifan beliau kami tidak tahu seperti apa,” tuturunya.

 

Setelah turunnya SK, Sulastri ditugaskan di SDN Bangsalsari 1 dengan gaji luamayan yang bersumber dari APBD Jember. Honor terakhir Sulasri di SDN Badean 1 adalah Rp400.000. Di manapun bertugas, bagi Sulsatri tidak masalah. Yang penting ia dapat mengabdikan dirinya demi mencerdaskan anak-anak bangsa.

 

Ya, penantian panjang Sulastri telah berakhir di ujung bolpoin sang bupati saat mendatangani SK pengangkatan dirinya sebagai GTT. Oh, selamat untuk sang pengabdi sejati, Sulastri (Aryudi A Razaq).

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan