
Ketua LPPNU Kencong, Hendro Saputro (sebelah kiri) bersama Jumantoro saat akan tanam padi
JATIMBERITA.COM | Jember – Saat ini petani benar-benar menjerit. Betapa tidak, harga sejumlah hasil pertanian anjlok. Padahal dari hasil pertanian itulah, petani berharap terjadi eskalasi pemulihan ekonomi setelah pergerakan Covid-19 melandai.
“Susah (petani) untuk pulih jika kondisi pasar pertanian seperti ini,” ujar Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Kencong Kabupaten Jember, Hendro Saputro di sela-sela sebuah acara di Gumukmas, Kecamatan Kencong, Jember, Senin (24.10/2022).
Dalam pantauan Hendro, saat ini harga sejumlah sayur dan hasil pertanian turun cukup tajam. Di antaranya adalah terong Rp700/kg, tomat Rp700/kg, timun Rp1.000/kg, dan kubis Rp600/kg. Dengan harga seperti itu, banyak petani yang membiarkan sayurnya busuk di sawah karena untuk ongkos pemetik saja, harga sayur sudah tidak nutut.
“Saya bukan hanya memantau harga tapi juga petani yang merasakan langsung dampak melorotnya harga sayur,” jelasnya.
Sedangkan harga jagung juga tak seperti yang diharapkan. Untuk jagung gelondongan berkisar Rp1.700-Rp1.800/kg, sementara jagung pipil kering Rp3.800/kg. Menurut Hendro, harga jagung gelondongan idealnya adalah Rp4.000/kg.
BACA JUGA :
HKTI Jember, Harapan Menggunung Tapi Harus Realistis
“Dengan harga segitu, petani bisa untung sedikit. Tapi yang terjadi sekarang adalah harga jagung hancur-sehancurnya. Menjadi aneh karena konon, di luar negeri terjadi krisis pangan tapi Indonesia sayur dibiarkan sampai busuk,” tambah Hendro.
Sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Jember itu menyatakan, saat ini petani betul-betul terpukul. Sebab, jagung adalah tanaman favorit kedua setelah padi. Petani banyak menggantungkan harapan dari jagung karena harganya relatif stabil. Tidak seperti tembakau yang harganya sangat fluktuatif. Tapi nyatanya, harga jagung juga anjlok. Petani semakin ruwet dan merugi lantaran untuk mendapatkan pupuk bersubsidi sangat susah, sehingga petani terpaksa menggunakan pupuk non subsidi.
“Kalau begini jadinya, petani bisa mati pelan-pelan. Pupuk sudah mahal dan susah, harga jagung jatuh pula,” ungkapnya.
Karena itu, Hendro berharap kepada pemerintah agar harga sayur mayur dan jagung bisa naik agar petani tak terlalu merugi. Saat ini, katanya, petani benar-benar dihadapkan kepada situasi yang sangat sulit. Pasca-kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), harga sejumlah bahan pokok ikut melejit. Sementara harga sayur dan jagung malah turun tajam.
“Bisa dibayangkan susahnya petani, harga sembako naik tapi penghasilan petani jauh berkurang,” pungkasnya (Aryudi A Razaq).
No Responses