PAUD Menatap Era Revolusi Teknologi Infokom

Oleh : Yuli Fitrianingrum

 

Anak usia dini adalah anak dengan usia nol sampai dengan 8 tahun. Seorang ahli pendidikan Universitas Chicago Amerika Serikat Benyamein S Bloom berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan sel otak anak usia nol hingga 4 tahun mencapai 50 persen, dan anak usia 4 tahun hingga 8 tahun pertumbuhan sel otaknya mencapai 80 persen (Diktentis, 2003). Sehingga, tidak heran jika masa usia dini ini disebut sebagai usia emas (golden age).

 

Sebab itu, memperhatikan tumbuh kembang anak pada usia emas tersebut sangat strategis dan penting. Semua aspek pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia tersebut sangat penting diperhatikan. Aspek-aspek tersebut adalah perkembangan fisik dan kesehatannya yang perlu diberikan asupan gizi yang memadai, aspek emosional, spiritual, sosial, dan intelektual juga sangat perlu diperhatikan dengan memberikan layanan asuhan dan pendidikan yang tepat dan relevan dengan zaman.

 

Namun demikian, dalam konteks Indonesia, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan anak usia dini (PAUD) masih sangat rendah, yaitu 34,29 persen pada tahun 2020. Lingkungan keluarga, fasilitas pendidikan dan aksesnya mash menjadi faktor dominan rendahnya APK tersebut. Pemerintah dan para aktivis pendidikan perlu bahu membahu untuk terus meningkatkan fasilitas dan akses terhadap pendidikan anak usia dini sehingga APK terus meningkat.

 

Native Digital dan Habitus Baru

Terlepas dari itu, terdapat hal penting yang perlu diperhatikan oleh guru dan praktisi pendidikan dalam memberikan layanan pendidikan pada anak usia dini pada saat ini. Selain anak usia dini istimewa karena berada dalam masa usia emas, anak usia dini hari ini adalah anak-anak native digital. Mereka lahir, langsung berkenalan dengan teknologi informasi dan komunikasi secara alamiah. Mereka terbiasa bersinggungan dengan gawai dalam hal bermain, berkomunikasi, dan mendapatkan hiburan. Kondisi ini tentu saja membuat anak usia dini hari ini mudah beradaptasi dengan perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

 

Sementara itu, kehidupan manusia masa depan akan dikuasai oleh teknologi informasi dan komunikasi digital berbasis internet. Hingga awal tahun 2022, Kompas melaporkan bahwa masyarakat yang menggunakan fasilitas internet di Indonesia telah mencapai angka 210 juta jiwa. Ini berarti sekitar 73 persen penduduk Indonesia telah menggunakan internet (Riyanto, n.d.). Bahkan aktivitas-aktivitas manusia dalam segala aspek kehidupannya tidak bisa dilepaskan dengan ruang digital dan jaringan siber.

 

Hal ini juga didorong oleh kondisi pada masa Covid-19, yang kemudian penggunaan internet dan ruang digital menjadi tradisi dan habitus baru global manusia. Dalam aspek kehidupan ekonomi pun, tidak lepas dari aspek digitalisasi, sehingga mudah kita mengenal istilah ekonomi digital yang menyediakan banyak peluang membangun kesejahteraan masa depan.  

 

Peluang ini, menurut Don Tapscott (2015), didasarkan pada jaringan kerja kecerdasan manusia (networking of human intelligence) yang kemudian melahirkan inovasi daring yang luar biasa, terutama cloud computing dan big data, mobile internet, Internet of Thing (IoT), dan advance analytic. Oleh karena itu, negara-negara G20 menyebutnya sebagai “a broad range of economic activities that includes using digitized information and knowledge as the key factor of production, and modern information networks as the important activity space” (Siti Yuniarti 2019).

 

Literasi Digital dan Masa Depan

Oleh karena itu, muncul pemahaman bahwa anak usia dini usia 3-8 tahun perlu diperkenalkan dengan literasi digital. Upaya pemberian literasi digital kepada peserta didik adalah dengan memberikan materi pengenalan bahasa pemrograman sederhana dan coding yang biasa digunakan dalam pengembangan aplikasi berbasis digital. Ini penting dan tidak terlalu sulit karena anak usia hari ini merupakan native digital.

 

Literasi digital ini perlu diintegrasikan dengan pola belajar anak usia dini, seperti bermain, berinteraksi, melatih kerjasama, dan ketangkasan. Ini perlu, di samping memberikan layanan pendidikan karakter, serta bimbingan baca tulis dan menghitung seperti pada umumnya dilakukan. Hal penting lain bagi guru ialah mengubah pola pembelajaran agar sesuai dengan zaman sekarang, yaitu membantu anak didik untuk belajar dan mengembangkan kreativitasnya secara mandiri, memberikan kesempatan anak didik untuk berkembang dan berprestasi sesuai dengan minatnya, menjamin proses pembelajaran menyenangkan, serta mengarahkan peserta didik untuk akrab dan mampu mengendalikan teknologi.

 

Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, diharapkan para praktisi pendidikan anak usia dini bisa mengantarkan anak didik untuk mampu menguasai, menggunakan secara bijak, dan mengendalikan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan universal dan kemaslahatan bersama. Semoga!

 

*) Penulis adalah guru TK Al-Hidayah, Rambigundam, Rambipuji Jember

 

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan