Bupati Hendy Dukung Pemberantasan Aksi Premanisme di Konflik Mulyorejo Jember

 

JATIMBERITA.COM | Jember –  Bupati Jember Jawa Timur Hendy Siswanto menyatakan sangat mendukung pemberantasan aksi premanisme di belakang konflik masyarakat Desa Mulyorejo,  Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Menurutnya, aksi premanisme harus diberantas bersama untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat, khususnya petani kopi di Desa Mulyorejo dan Desa Banyuanyar Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi.

 

“Mari kita berkolaborasi bersama, di samping kita melakukan treatment kepada masyarakat agar aksi premanisme tidak ada lagi di wilayah tersebut,” ujarnya saat memimpin  Rakor Penyelesaian Konflik Kerusuhan  antara Warga Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo Kabupaten Jember dengan Warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi di Pendopo Wahyawibawagraha, Jember, Senin (8/8/2022).

 

Menurut Bupati Hendy, kebersamaan antara aparat keamanan baik dari Jember maupun Banyuwangi, dan pihak-pihak terkait perlu terus dijaga sehingga aksi premanisme tidak terus menghantui warga petani kopi di masa-masa mendatang.

 

“Kita harus tetap antisipasi munculnya aksi premanisme saat-saat musim panen kopi berikutnya, sehingga dari jauh-jauh hari koordinasi sudah dilakukan,” tambahnya.

 

Untuk diketahui saat ini polisi telah menetapkan 6 tersangka preman dalam kasus pembakaran dan penjarahan rumah warga di Padukuhan Patungrejo dan Dampikrejo, Dusun Baban Timur, Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, beberapa waktu lalu. Sebelumnya, polisi juga sudah menetapkan 9 tersangka pembakaran untuk kasus yang sama.

 

Pembakaran diduga dilakukan oleh warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi. Mereka punya lahan kopi di Desa Mulyorejo, namun setiap panen kopi, mereka harus kehilangan berkarung-karung kopinya karena ulah preman-preman itu.

 

Bukan para preman itu yang membakar dan menjarah rumah tapi menurut polisi merekalah yang menjadi pemicu kemarahan petani kopi lantaran sekian lama ulah mereka sangat  meresahkan petani kopi hingga kemarahannya memuncak, dan terjadilah pembakaran itu.

 

Pemberantasan aksi premanisme juga menjadi harapan Wakil Ketua MUI Jawa Timur, KH Abdul Halim Soebahar. Menurutnya, dari paparan peserta rapat koordinasi (rakor), semuanya mengarah pada satu titik bahwa akar persoalannya adalah lestarinya aksi premanisme saat kopi dipanen.

 

“Itu (premanisme) harus diberantas pertama, karena itu adalah sumber keresahan di masyarakat,” jelasnya.

 

Kiai Halim mengaku sempat khawatir bahwa konflik masyarakat yang berujung pada pembakaran rumah dan perusakan sejumlah fasilitas umum di Desa Mulyorejo itu dilatar belakangi oleh munculnya paham-paham kegamaan yang menjadi bara di konflik tersebut. Sebab, jika konflik itu karena persoalan keagamaan, sangat rumit penyelesaiannya.

 

“Tapi alhamdulillah tidak ada (konflik keagamaan),” ucapnya.

 

Di tempat yang sama, Kepala Desa Banyuanyar, Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi, Supardi menegaskan bahwa memberantas aksi premanisme adalah sebuah keniscayaan untuk menuntaskan konflik Mulyorejo. Katanya, tidak ada kesulitan bagi polisi untuk menegakkan hukum dalam kasus tersebut  jika ada kemauan.

 

“Siapapun yang melakukan pelanggaran, misalnya merusak tanaman di lahan siapapun, apalagi pelakunya orang-orang itu juga, saya kira sangat bisa ditindak. Karena dari dulu-dulu tidak ada tindakan terhadap kelompok Salam, sehingga terjadilah pembakaran seperti sekarang ini,” urainya.

 

Supardi memahami kemarahan para petani kopi hingga akhirnya harus melakukan pembakaran rumah dan sebagainya. Sebab, tidak gampang merawat kopi hingga bagus dan berbuah. Mereka menunggu cukup lama hingga panen, dan itu merupakan matapencaharian satu-satunya. Namun begitu panen, kopinya dicuri preman.

 

“Jadi ini kesalahannya dari dulu aksi kelompok Salam tidak dihentikan, sehingga saat ini mambara,” jelasnya (Aryudi A Razaq).

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan