H Sucipto, Peserta Haji Mandiri Jember yang ‘Naikkan’ Haji Koper Anggotanya

 

JATIMBERITA.COM | Jember –  Selama ini orang melakukan ibadah haji selalu bergabung dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Tujuannya adalah untuk mendapatkan bimbingan sehingga lancar dalam melakukan ibadah haji. Untuk itu, maka diberikanlah bimbingan jauh-jauh hari sebelum hari H pelaksanaan ibadah haji. Bimbingan tidak hanya seputar manasik haji, tapi juga hal-hal teknis terkait dengan pelaksanaan ibadah haji.

 

Bergabung dengan KBIH adalah pilihan individu yang ingin menunaikan rukun Islam kelima itu. Memilih tidak bergabung dengan KBIH, juga tidak apa-apa. Artinya, mulai dari sejak awal persiapan haji hingga pulang ke rumah, harus dikerjakan sendiri. Itulah yang disebut haji mandiri.

 

Model inilah yang dipilih oleh 22 warga Jember dalam melaksanakan ibadah haji tahun 2022. Salah satu dari 22 orang itu adalah H Sucipto.

 

H Sucipto dan 21 calon Jamaah haji mandiri asal Jember berangkat ke tanah suci Mekkah tanggal 20 Juni 2022 dengan kelompok terbang (kloter) 24. Di kloter ini juga bergabung jamaah haji dari Banyuwangi, Situbondo, Sidoarjo, dan Kediri. Semuanya peserta haji mandiri.

 

Sucipto yang juga Ketua MWCNU Jenggawah itu ditunjuk sebagai ketua regu dengan membawahi 11 orang, yang terdiri 9 orang asal Kecamatan Jenggwah dan 2 orang asal Kecamatan Sumbersari.

 

Menurut H Sucipto, sebenarnya calon jamaah haji mandiri asal Kecamatan Jenggawah adalah 10 orang. Namun 1 orang atas nama Siti Husnul  gagal berangkat karena sakit.

 

H Sucipto menambahkan, sebenarnya dia memang sudah sakit sejak dari rumah. Bahkan beberapa hari sempat dirawat di rumah sakit DKT, namun akhirnya pulang paksa sehari sebelum keberangkatannya ke asrama haji Sukolilo Surabaya.

 

“Karena memang masih sakit, maka saya minta Pemkab Jember agar menyediakan ambulan untuk dia saat berangkat ke Sukolilo,” cerita H Sucipto kepada awak media ini di kediamannya, Jenggawah, Jember, Rabu (3/8/2022).

 

Namun setibanya di Sukolilo, Husnul masih belum sehat dan langsung dirawat di rumah sakit asrama haji Sukolilo, dengan harapan segera sembuh saat kloter 24 sudah mau terbang. Tapi ternyata dia tidak sembuh. Husnul tetap dirawat agar bisa sembuh, dan akan diikutkan dalam kloter terakhir. Namun lagi-lagi dokter menyatakan kondisi Husnul belum layak terbang. Sehingga ia dipulangkan ke Jember.

 

Yang menarik, kata H Sucipto, walaupun Husnul tidak jadi berangkat haji, tapi kopernya tetap ‘naik haji’. Sebab, kopernya sudah kadung dimasukkan ke bagasi pesawat yang memuat kloter 24.

 

Pelaksanaan ibadah haji mandiri tak ada bedanya dengan ibadah haji reguler (KBIH). Cuma bedanya, jamaah haji mandiri tak harus jalan bersama-sama dengan rombongan KBIH, tapi bisa jalan sendiri sekehendak hati.

 

“Jadi haji mandiri itu yang ngurusi administrasi kita sendiri, bimbingan haji juga dilakukan mandiri. Sedangkan mengenai transportasi dan penginapan di Mekah ditangani oleh Kementerian Agama,” urainya.

 

Saat mau pulang, ternyata koper Husnul tidak gampang dibawa pulang. Sebab, koper itu tidak bertuan, sehingga dibutuhkan surat keterangan layaknya sepeda motor harus ada BPKB-nya.

 

“Ya setelah kita urus, akhirnya koper itu bisa saya bawa pulang ke Jember. Ya gimana lagi  saya selaku ketua regu harus tanggungjawab,” pungkasnya.

 

Saat pulang dan mendarat di Juanda, Surabaya, Selasa (2/8/2022), hati H Sucipto berbunga-bunga, bibirnya tak henti-hentinya memanjatkan syukur kepada Allah. Oh, penantian bertahun-tahun akhirnya terjawab.

 

Berhaji adalah memenuhi panggilan Allah. Artinya, betapapun usaha manusia, jika Allah belum memangilnya, maka ada saja halangan untuk berangkat ke Baitullah. Contohnya adalah Husnul. Meskipun gagal berangkat haji, namun niat dan kesungguhannya pasti mendapat reward dari Allah SWT (Aryudi A Razaq).

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan