Promovendus Atmari: Tanpa Madrasah, IAIN Mungkin Tidak Ada

 

JATIMBERITA.COM | Jember – Tidak masuknya diksi madrasah dalam Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU-Sisdiknas) menjadi perhatian serius Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) RI, KH Abdul Halim Iskandar.  Saat menjadi salah satu tim penguji dalam Ujian Terbuka Desertasi Program Doktor Pascasarjana Universitas Islam Kiai Haji Achamd Siddiq (UIN KHAS) atas nama Atmari di Gedung Kuliah Terpadu, Kamis (31/3/2022), Gus Halim, sapaan akrabnya, menyodorkan pertanyaan terkait tidak masuknya kata madrasah dalam RUU-Sisdiknas itu.

 

Dalam ujian terbuka tersebut, Atmari menyusun desertasi berjudul Pendidikan Pesantren Pasca Undang-undang No.18 Tahun 2019: Studi Tata Kelola dan Strategi Pengarusutamaan Pesantren di Indonesia.

 

Menurut Gus Halim,  fenomena hari ini cukup ramai perbicangan publik mengenai tidak masuknya nama madrasah dalam RUU-Sisdiknas. Padahal, madrasah mempunyai sejarah yang panjang di negeri ini. Namun dalam RUU-Sisdiknas diksi madrasah hanya ditaruh di pasal penjelasan, bukan di batang tubuh. Jika demikian,  maka lama-kelamaan nama madrasah bisa hilang dari Undang-Undang Sisdiknas.

 

“Kira-kira bagaimana masa depan madrasah kalau misalnya draf Undang-Undang Sisdiknas itu tetap dipertahankan, tidak ada diksi madrasah di batang tubuh tapi cukup ditaruh di penjelasan?” tanyanya.

 

Menanggapi pertanyaan tersebut, Atmari menyatakan bahwa jika itu merupakan i’tikad baik pemerintah untuk menghilangkan proses dikotomik yang sedemikian lama menghantui bangsa Indonesia,  semestinya itu (RUU-Sisdikas) tersebut ideal.

 

“Ini pendapat dan perspektif saya pribadi. Menjadi perspektif yang sedikit berbeda memang ketika kita berbicar alur kesejarahan, itu (madrasah) menjadi keniscayaan dari dulu. Kalau misalnya tidak ada konsesi untuk mendirikan lembaga pendidikan Islam atau sekolah formal berciri khas Islam seperti madrasah, maka kemungkinan IAIN juga tidak ada. Bagi saya itu begitu. Jadi konsesi politiknya sangat kuat,” urainya.

 

Sambil tersenyum., Gus Halim menyatakan bahwa diinya tidak akan mengomentari pendapat pribadi.

 

“Saya hanya ingin menunjukkan kepada para guru besar bahwa dia adalah output UIN Kiai Haji Achmad Siddiq,” ucapnya (Ade Nurwahyudi/(Ary).

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan