Ibnu Qusoyyi, Wisudawan UIN KHAS Jember yang ‘Hafidz’ dengan IPK 3,84, Inilah Profilnya

 

JATIMBERITA.COM | Jember – Tidak banyak mahasiswa yang punya prestasi akademik dan pada saat bersamaan juga sukses sebagai hafidz 30 juz Al-Qur’an. Inilah yang dialami oleh Ibnu Qusoyyi. Qusoy, sapaan akrabnya, adalah sosok mahasiswa berprestasi, yang dalam Rapat Terbuka Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember Jawa Timur, Rabu (16/2/2022), mendapat penghargaan dari Rektor Babun Suahrto.

 

Qusoy adalah mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN KHAS Jember. Ia meraih penghargaan lantaran sebagai wisudawan yang hafal 30 juz Al-Qur’an. Tapi jangan keburu salah paham. Selain hafidz, nilai IPK Qusoy juga lumayan, yakni 3,84. Qusoy adalah sosok yang nyaris sempurna prestasinya. Fakta ini sekaligus mematahkan anggapan bahwa jika kuliah sulit menghafal Al-Qur’an karena waktunya mepet.

 

Alhamdulillah, semua bisa dilewati,” ucapnya kepada awak media ini usai diwisuda.

 

Qusoy lahir di Banyuwangi saat kalender menunjuk angka 24 April 1997. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara oleh pasangan Ahmad Syarqowi dan Rohaniyah. Kedua orang tuanya sudah meniggal dunia sekian tahun yang lalu.

 

Bagi Qusoy, hafalan Al-Qur’an sudah tak begitu asing. Sebab, sejak masih nyantri di sebuah pondok pesantren di Singosari, Malang Jawa Timur, ia sudah rajin menghafal kitab suci tersebut. Saat itu, ia nyantri sambil belajar di SMK Terpadu Islahiyah. Kebetulan menghafal Al-Qur’an memang menjadi pelajaran ekstra kurikuler di sekolah/pesantren tersebut. Saat pulang kampung, tepatnya di Desa Karangbendo, Kecamatan Rojojampi, Kabupaten Banyuwangi, ia sudah hafal 18 juz Al-Qur’an.

 

“Awalnya saya di pondok hanya ingin belajar tartil saja, tapi disuruh ikut program tahfidz, akhirnya ya begitu,” tambah Qusoy.

 

Namun cobaan Qusoy, cukup berat. Saat kelas dua SMK (2014), ayahnya meninggal dunia. Oleh ibunya ia disuruh berhenti, tidak melanjutkan kuliah dulu. Iapun menuruti kemauan sang ibu, namun tetap tinggal di pondok. Tahun 2016, Qusoy pulang ke Banyuwangi, dan siap-siap untuk kuliah di IAIN Jember. Namun cobaan datang lagi, kali ini ibunya dipanggil menghadap Sang Kholiq setelah sakit 3 hari.

 

“Jiwa saya waktu itu betul-betul terpukul. Saya urungkan kuliah, dan baru masuk (kuliah) tahun 2017,”  kenangnya.

 

Di Jember, sehari-hari Qusoy mondok di Pesantren Nurul Falah, Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates Jember. Namun ia belajar hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Anwar, Desa Curahkates, Kecamatan Ajung, Jember.

 

Menurutnya, saat kuliah cukup banyak waktu longgar untuk menghafal Al-Qur’an, karena masuk kuliah tidak tiap hari. Berbeda saat masih sekolah. Meski fokus di hafalan, namun Qusoy tetap bergaul sebagaimana biasa dengan teman-temannya.

 

“Banyak waktu di kampus, misalnya saat istirahat, atau saat menuggu jam kuliah berikutnya, ada waktu senggang, saya duduk di masjid, menghafal Al-Qur’an, dan juga kadang nyetor hafalan ke Kiai Toha,” jelasnya.

 

Qusoy mengaku masih ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2. Ke depan ia punya cita-cita untuk merintis usaha sendiri. Menggantungkan pekerjaan ke pihak lain, menurutnya, sudah terlalu penuh, dan kadang mengecewakan.  

 

“Kalau jadi pengusaha, misalnya, kita lebih leluasa mengatur waktu,” pungkasnya (Aryudi A Razaq).

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan