
Bupati Jember Hendy Siswanto (tengah) saat meninjau salah proses satu daur ulang sampah di TPA Pakusari
JATIMBERITA.COM | Jember – Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) jika tidak dikelola dengan baik akan melahirkan masalah serius. Sebab sampah akan terus menggunung, sementara lahan TPA sangat terbatas. Setiap hari volume sampah yang masuk mencapai 187 ton. Sedangkan luas lahan TPA Pakusari hanya 6,8 hektare.
Menurut Bupati Jember Jawa Timur, Hendy Siswanto, setiap orang adalah produsen sampah. Selama hayat di kandung badan, manusia niscaya memproduksi sampah. Karena itu, penanganan sampah seharusnya juga menjadi tanggungjawab setiap individu.
“Tidak bisa soal sampah hanya dibebankan kepada pemerintah, tapi masyarakat juga punya tanggung jawab untuk menangani sampah, minimal meminimalisasi lahirnya sampah di lingkungannya,” ungkapnya saat memberikan sambutan dalam pembukaan Pelatihan Daur Ulang dan Bazar Produk/Daur Ulang/Sustainable Product di TPA Pakusari, Jember Senin (14/3/2022).
Hendy memberikan apresiasi terhadap pelatihan daur ulang sampah maupun usaha-usaha Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dalam beragam bentuknya. Diharapkan kelak sampah yang masuk ke TPA Pakusari bisa berkurang karena sampah sudah bisa dikelola secara mandiri oleh masyarakat (peserta pelatihan).
Katanya, TPA sebaiknya tidak hanya dipahami sebagai Tempat Pembuangan Akhir, tapi tempat pemrosesan akhir sampah. Maksudnya, TPA Pakusari harus dijadikan tempat proses akhir daur ulang sampah. Sehingga TPA, selain bersih juga menghasilkan produk-produk kerajinan bernilai ekonomis.
“Jadi ini (TPA) bukan tempat pembuangan akhir, namun tempat proses akhir,” jelasnya.
Hendy meminta pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan sampah agar menjalin sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk yang terkait dengan hasil daur ulang.
“Okelah misalnya, hasil daur ulang kita bagus, terus siapa yang mau beli. Makanya kita juga perlu berkolaborasi dengan Dinas Koperasi, Dinas Pendidikan, dan lain-lain. Kalau Dinas Pendidikan punya ribuan murid, mungkin bisa membeli tas, atau apapun dari sini (TPA),” urainya.
Pria asli kampong Ledok, Jember itu mengungkapkan, pihaknya bisa saja membeli mesin daur ulang canggih, apalagi sejumlah negara telah menawarkan mesin daur ulang untuk mengatasi sampah di Jember.
“Mesin (daur ulang) banyak yang menawarkan, kita uang juga punya, tapi kita tidak beli itu. ‘Kan kita juga harus memikirkan para pekerja. Betul sampah cepat habis kalau pakai mesin canggih, tapi bagaimana dengan nasib orang-orang (pemulung) yang memang sudah hidup dari sini (TPA), pengangguran akan semakin banyak, ” jelas Bupati Hendy.
Ia menginginkan bahwa penanganan sampah harus dilakukan tanpa menimbulkan masalah sosial. Dengan daur ulang yang nantinya akan lahir barang-barang kerajinan, gas metana dan sebagainya, maka TPA Pakusari tiak hanya bersih tapi juga masih bermanfaat untuk perekomian masyarakat.
Selain membuka pelatihan, Bupati Hendy juga meninjau langsung proses daur ulang sampah menjadi gas metana. Gas ini bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan dapur seperti memasak, dan sebagainya (Aryudi A Razaq).
No Responses