Demi Sesuap Nasi, Wanita Ini 15 Tahun Berdamai Dengan Bau di Antara Tumpukan Sampah

 

JATIMBERITA.COM | Jember – Sepintas, sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari, Kabupaten Jember Jawa Timur, tampak tidak berguna. Namanya saja sampah. Tapi sesungguhnya, sampah tersebut memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Setidaknya terdapat 184 orang yang mencari kehidupan di situ. Mereka mengais sampah anorganik, dan selanjutnya dikumpulkan ke pihak pengelola TPA untuk ditukar dengan uang cash

 

Hamidah adalah salah satu dari 184 pemulung di TPA Pakusari. Wanita paruh baya ini cukup lama bekerja di lokasi tersebut, sekitar 15 tahun. Karena begitu lamanya, ia sudah berdamai dengan bau yang menyengat hidung. Jika hujan turun, bau semakin menusuk, dan kalau reda pasukan lalat siap berkerumun. Namun bau dan pemandangan yang menjijikkan itu tak membuatnya berpikir untuk meninggalkan pekerjannya demi sesuap nasi, memenuhi tuntutan ekonomi keluarga.

 

“Yang penting halal, bekerja di sini tak ada masalah,” jelasnya kepada awak media ini di sela-sela kesibukannya mencari sampah anorganik, Senin (14/3/2022).

 

Hamidah mempunyai prinsip yang mulia dalam mencari nafkah. Baginya, tak ada pekerjaan hina asalkan halal. Ya, halal dan didorong oleh tuntutan ekonomi, itulah yang membuatnya betah bekerja di situ. Tidak perlu ditanya berapa ia dapat penghasilan dari pekerjaan tersebut.

 

“Ya cukupklah untuk makan,” ujar dua anak itu.

 

Nasib Hamidah dan rekan-rekannya  menjadi pemikiran Pemerintah Kabupaten Jember. Saat memberikan sambutan dalam pembukaan Pelatihan Daur Ulang dan Bazar Produk/Daur Ulang/Sustainable Product di TPA Pakusari, Jember Senin (14/3/2022), Bupati Jember Hendy Siswanto mengungkapkan, pihaknya tidak akan membeli mesin daur ulang canggih karena bisa mengeleminasi pekerjaan orang-orang yang selama ini mencari  hidup di TPA Pakusari.

 

Selain itu, Hendy juga mendukung penuh program Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jember  –yang membawahi TPA Pakusari—untuk mendaur ulang sampah hingga melahirkan kerajinan yang indah dan bermutu. Ia mendorong agar DLH berkreasi, bahkan menantang dinas tersebut untuk bisa membuat program terobosan terkait pemanfaatan sampah.  

 

“Mari kita jadikan sampah yang menjijikkan itu, jadi menjanjikan dengan produk-produk daur ulangnya,” ujar Hendy.

 

Saat ini, TPA Pakusari tengah melakukan ujicoba daur ulang sampah menjadi gas metana. Dalam ujicoba itu, gas metana mampu menyalakan kompor, yang selanjutnya bisa dibuat memasak kopi, dan sebagainya. Menurut Pengawas Pengelolaan Sampah DLH Kabupaten Jember, RM Masbut, saat ini gas metana yang dihasilkannya hanya disalurkan untuk 8 pedagang yang ada di TPA Pakusari.

 

Katanya, potensi sampah di TPA Pakusari cukup tinggi untuk didaur ulang menjadi gas metana. Saat ini, setiap hari sampah yang masuk ke TPA tersebut mencapai 187 ton, yang jika didaur ulang akan menghasilkan sekitar 200 kilogram gas metana perhari.

 

“Insyaallah itu (gas metana) bisa cukup untuk 200-an rumah di sekitar TPA Pakusari. Kami tinggal menunggu peralatan dan pengoptimalan sarana prasarana untuk program itu. Insyaallah bulan April kita mulai membangun, September bisa beroperasi,” pungkasnya (Aryudi A Razaq).

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan