Dies Natalis ke-56, Rektor Babun Beber Napak Tilas UIN KHAS Jember

 

JATIMBERITA.COM | Jember – Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember tidak serta merta mengonggok begitu saja, namun melalui perjalanan yang cukup panjang. Butuh perjuangan dan kesungguhan para pengelola untuk mewujudkan Institut Agama Islam Jember (IAIJ) hingga menjadi UIN KHAS seperti sekarang ini.

 

Kilas balik perjalanan perguruan tinggi Islam negeri tersebut, disampaikan oleh Rektor UIN KHAS Jember, H Babun Suharto saat Dies Natalis ke-56 UIN KHAS Jember di aula Gedung Kuliah Terpadu, Senin (21/2/2022).

 

Menurut Babun, cikal bakal UIN KHAS Jember  berawal dari Konferensi Cabang (Konfercab) NU Jember tahun 1964. Salah satu rekomendasi dari Konfercab itu adalah agar Jember memilki perguruan tinggi Islam. Maka dibentuklah tim lima yang isinya adalah para tokoh NU Jember dan cendekiawan, untuk mengurusi segala sesuatunya. Katanya, saat itu yang menjadi rujukan tim adalah IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta.

 

“Maka rombongan tim lima dengan kendaraaan seadanya berangkat ke IAIN Sunan Kalijogo, untuk melakukan komunikasi agar di Jember berdiri purguruan tinggi,” ujarnya.

 

Dari komunikasi itu dan usaha-usaha lain terkait dengan administrasi, maka akhirnya didirikanlah Institut Agama Islam Jember (IAIJ).

 

“IAIJ ini adalah binaan IAIN Sunan Kalijogo,” jelasnya.

 

Seiring perjalanan waktu, tahun 1966, Menteri Agama Saifuddin Zuhri mendirikan IAIN di berbagai daerah, di antaranya adalah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Maka  setelah itu IAIJ dijadikan bagian dari IAIN Sunan Ampel.

 

“Dan IAIJ berubah nama menjadi Fakultas Tarbiyah Jember IAIN Sunan Ampel,” jelasnya.

 

Tuntuan zaman akan hadirnya perguruan tinggi Islam yang mumpuni, membuat para pimpinan dan pengelola Fakultas Tarbiyah Jember IAIN Sunan Ampel bekerja keras.  Hingga akhirnya bisa merubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember.

 

“Apakah beliau-beliau sudah puas dengan perubahan itu, tentu saja tidak. Mereka tetap berusaha agar STAIN berkembang terus,” jelasnya.

 

Untuk merubah STAIN ke IAIN tentu bukan hal mudah. Banyak persyaratan fisik dan administrasi yang harus dipenuhi. Tapi apapun hambatannya, wajib diatasi. Dan dengan segala daya dan upaya, akhirnya STAIN berubah menjadi IAIN Jember.

 

“Alhamdulillah, di periode saya STAIN bisa berubah menjadi IAIN. Tentu, ini berkat kerja keras semua pihak,” ungkapnya.

 

Setelah menjadi iAIN, tahapan selanjutnya adalah membidik perubahan status dari IAIN menjadi UIN. Tiak gampang, dan betul-betul butuh kerja keras dari semua sivitas akademika kampus IAIN Jember. Sebab,  hambatannya adalah regulasi. Meskipun syarat administrasi, jumlah mahasiswa dan pendirian fakultas baru, sudah dipenuhi tapi jika regulasinya tidak mengakomodasi, semuanya tiada guna.

 

“PMA (Peraturan Menteri Agama) waktu itu tidak memungkinkan IAIN Jember bisa naik status menjadi UIN, kecuali jika PMA itu direvisi. Maka kita berjuang dulu agar pemerintah merevisi PMA itu. Dan akhirya PMA berubah, hingga IAIN Jember dan beberapa IAIN lain, bisa berubah menjadi UIN,” urainya.

 

Dalam kesempatan itu, Babun menyerahkan foto ukuran besar kepada putra ketujuh almarhum Kiai Haji  Achmad Siddiq, KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman (Gus Firjaun) sebagai penghargaan atas dijinkannya nama sang ayah menjadi nama UIN Jember.

 

Selain dihadiri Gus Firjaun, Dies Natalis ke-56 UIN KHAS Jember juga dihadiri Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin, sejumlah pejabat dan para dekan serta pejabat struktural UIN KHAS  Jember (Aryudi A Razaq).

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan