Hobri, Selamat Jalan Wahai Jiwa yang Tenang

 

JATIMBERITA.COM | Jember – Mendung duka menyelimuti langit Jember. Pasalnya, salah satu putra terbaiknya pulang ke haribaan Allah. Dia adalah Hobri. Pria kelahiran Sumenep Madura, 49 tahun lalu itu menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Jember Klinik, Kamis (17/2/2022) malam.

 

Sebelum meninggal dunia, Hobri tampak sehat-sehat saja. Seperti tidak ada penyakit yang membekapnya. Makanya, saat muncul informasi di grup WA, banyak yang tidak percaya karena sehari-hari Hobri memang sehat.

 

Namun menurut putra Hobri, Iqbal, sesungguhnya sang ayah memang menderita sakit jantung. Beberapa bulan lalu, jantungnya pernah diobati di rumah sakit dr. Sutomo Surabaya. Oleh dokter, ia disarankan untuk operasi, namun Hobri masih memilih pengobatan herbal untuk menyehatkan jantungnya, itu karena banyaknya tugas yang menjadi tanggungannya.

 

“Bapak ya sehat, tapi pas kematian itu, ia mengeluh sakit dadanya, dan langsung drop,” ujar Iqbal di kediamannya, Kamis (17/2/2022).

 

Hobri adalah sosok yang ceria dan suka humor. Meskipun mungkin jantungnya sakit, tapi tidak pernah mengeluh. Ia selalu tampil ceria saat berjumpa kolega dan teman-temannya. Dan itulah ciri khas Hobri sejak lama.

 

Selain dikenal akademisi, Hobri juga tokoh NU. Sampai ajal menjemputnya, ia masih menjabat sebagai koordinator Pascasarjana FKIP Unevisrsitas Jember (Unej). Doktor bidang matematika itu juga sering mengisi pelatihan-pelatihan di berbagai kota, bahkan tak jarang jadi muballigh. Jabatan lainnya adalah Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Jember.

 

Sedangkan di NU, Hobri menjadi Wakil Ketua PCNU Jember sekaligus Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jember. Ia termasuk sosok yang kreatif dalam menjaga dan bahkan mengembangkan NU.  Salah satu peninggalannya adalah Kampung Aswaja yang ia dirikandi Desa Sumberketimpa,  Kecamatan Kalisat Jember.

 

Jabatannya di ISNU sebenarnya tinggal hitungan bulan. Namun keinginannya untuk memberdayakan ISNU tak pernah surut.  Bahkan ia sudah merancang seminar dengan menggandeng Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember. Flyer tentang seminar tersebut sudah beredar di media sosial. Namun rencana tinggal rencana, karena Allah keburu memanggilnya.

 

Rektor UIN KHAS Jember, Babun Suharto adalah termasuk orang yang cukup terpukul atas kepergian Hobri. Menurutnya, Hobri adalah sosok yang terbuka, bergaul baik dengan siapa saja, dan tak pernah lelah berjuang untuk NU serta loyal dalam mengabdi untuk dunia pendidikan.

 

“Saya beraksi Pak Hobri adalah orang baik,” jelasnya.

 

Di mata Babun, Hobri adalah yang selalau menginspirasi berbagai hal. Karena itu, ia betul-betul merasa kehilanan atas kepergian sang teman. Karena itu, begitu mendengar Hobri meninggal dunia, Babun segera meluncur ke rumah sakit Jember Klinik. Bahkan Babun rela menemani Hobri yang sudah terbujur kaku di dalam mobil ambulance menuju rumah duka di Jalan Karimata Jember.

 

“Saya sangat kehilangan dia,” ujarnya.

 

Mungkin tidak ada yang meragukan kesungguhan Hobri dalam mengabdi di NU. Begitu juga, totalitas dan loyalitasnya dalam memajukan dunia pendidikan, bisa jadi tak yang ada yang memperdebatkan. Tapi Hobri adalah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan. Dan kematian adalah batas terakhir manusia berkhidmah di jagat fana ini.

 

Oh, selamat jalan wahai yang tenang (Aryudi A Razaq).

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan