Tri Sandy, Politisi yang Identik dengan Sepak Bola

 

JATIMBERITA.COM | Jember – Nama Tri Sandy Apriana saat ini tengah menjadi perbincangan publik  Jember. Bukan lantaran  dia menantu Bupati H Hendy Siswanto, tapi karena yang bersangkutan menjadi bakal calon Ketua Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Jember. Organisasi pembinaan sepak bola ini akan menggelar konggres Mei 2021.

 

Tidak salah dan tidak berlebihan jika Tri Sandy, sapaan akrabnya, digadang-gadang menduduki posisi nomor wahid di Askab PSSI Jember.  Pasalnya, ia memang hobi sepak bola, dan terlibat cukup lama dalam dunia si kulit bundar itu, mulai dari pemain hingga menjadi presenter berita sepak bola di dua stasiun televisi tanah air.

 

“Sepak bola bagi saya bukan sekadar hobi tapi pernah menjadi jalan hidup,” ujar Tri Sandy di Jember, Kamis (6/5).

 

Tri Sandy lahir di Kesilir, Wuluhan, Kabupaten Jember ketika kalender menunjuk angka 30 April 1988. Sejak kecil ia memang sudah akrab dengan dunia sepak bola. Jauh sebelum hijrah ke Jakarta, Tri Sandy  telah ‘menendang’ bola di tanah kelahirannya, Wuluhan, Kabupaten Jember. Sejak kelas 1 SMP Negeri Ambulu, ia telah aktif sebagai pemain di Persatuan Sepak Bola Gunung Manggar (PSGM)  Ambulu.  Bahkan saat masuk SMA Negeri Ambulu, ia tetap menjadi pemain inti di PSGM dengan posisi striker.

 

“Kami latihannya dulu di lapangan Glory, Ambulu. Yang hobi sepak bola pasti tahu di mana itu lapangan Glory,” tambahnya.

 

Tidak hanya sebagai pemain, Tri Sandy kemudian juga menjadi pengurus PSGM, dan menjadi pembina di PS Garempunk. Klub yang disebut terakhir ini sampai saat ini masih eksis, dan telah menelorkan banyak pemain berbakat.

 

“Jika dihitung sejak main saat SMP, ada delapan tahunan  saya berkecimpung di bola (di Jember),” urainya.

 

Lulus SMA, Tri Sandy hijrah ke Jakarta untuk mengadu peruntungan. Di situ ia mencoba menaklukkan kota megapolitan itu dengan beragam pekerjaan dan usaha, sambil kuliah. Namun dasar penghobi sepak bola yang didukung oleh penampilannya yang ‘good looking’, ia pun dilirik produser untuk terlibat dalam program sepak bola untuk tayangan televisi. Kali ini bukan sebagai pemain tapi sebagai presenter berita sepak bola di TVRI dan Global TV.

 

“Dulu ada program super soccer, di situ agak lama saya menjadi host-nya,” jelas Tri Sandy.

 

Dunia terus berputar, dan nasib Tri Sandy tak jauh-jauh dari sepak bola. Kepiawaiannya menjadi presenter, membuat namanya cukup populer, dan itu mengantarnya kepada dunia lain, yaitu film layar lebar, namun tetap dalam ‘koridor’ sepak bola. Tahun 2012 Tri Sandy terpilih sebagai pemain utama dalam film ‘Hari Ini Pasti Menang’ (tayang 2014). Film yang diproduksi oleh Bogalakon Pictures ini bercerita tentang dunia persebakbolaan nasional yang kerap dilanda skandal, pengaturan skor, dan pengaruh mafia.

 

“Intinya, film itu ingin mendorong semuanya agar sepak bola nasional bersih dari pengaturan skor, pengaruh mafia, dan sebagainya karena itu sangat berbahaya,” paparnya.

 

Film ‘Hari Ini Pasti Menang’ menjadi pintu masuk bagi Tri Sandy untuk terjun di jagat hiburan. Di film ‘Tendangan si Madun’, ia juga terlibat meski hanya sebagai figuran. Setelah itu, iapun laris bermain di sejumlah sinetron dengan beragam peran.

 

Namun gemerlap dunia keartisan di Jakarta, tak membuat Tri Sandy lupa terhadap tanah kelahirannya, Jember. Tahun  2019, ia pulang kampung, dan memilih jalur politik sebagai ladang pengabdiannya.  Setelah berjuang di Dapil 1 lewat Partai Demokrat, Tri Sandy terpilih sebagai anggota DPRD Jember.

 

Kini, tampaknya Tri Sandy tidak hanya bisa mengabdikan dirinya lewat jalur politik, tapi sepak bola Jember juga menunggu kiprahnya. Ia akan menemukan kembali hobi lamanya itu. Tidak sekadar bernostalgia namun gagasan dan sentuhan-sentuhan pembinaannya, diharapkan menjadi awal kebangkitan sepak bola Jember yang telah lama merana, bahkan mati suri.

 

“Insyaallah saya siap demi kemajuan sepak bola Jember,” pungkasnya.

 

Ya, Tri Sandy adalah sosok politisi sekaligus pecinta sepak bola. Dua ‘status’ tersebut  sesungguhnya sama-sama dibutuhkan masyarakat Jember. Sebagai politisi, tenaga dan pikirannya diperlukan untuk membenahi Jember yang kocar-kocar akibat tsunami politik dalam lima tahun terakhir. Sebagai pecinta sepak bola, ia tentu tak bisa tidur nyenyak saat sepak bola Jember terjerembab akibat  korban tsunami politik tersebut.

 

Sebagai warga Jember, Tri Sandy, tentu wajib berjuang untuk kedua-duanya. Bukan begitu, Tri? (Aryudi A Razaq).

 

 

 

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan